SEJARAH DESA KARANGSEMI
Pada tahun sebelum masehi masih banyak hutan rimba ,ada salah satu kerajaan kecil di Desa Pujon Manis dibawah kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Ki Ageng Keniten yang konon sakti mandra guna .
Beliau pernah mokong tidak setor upeti ke Mataram, suatu saat beliau kena rayuan gadis penjual jamu di pasar Ngareman lalu ia diajak ke Kerajaan Pujon Manis .
Pada malam dengan bulan yang bersinar terang Ki Ageng Keniten menyampaikan kelemahan beliau yang terletak di tenggorokan kepada Gadis penjual jamu itu dan ternyata gadis tersebut adalah putri dari pejabat Kerajaan Mataram.
Karena sudah tahu kelemahan Ki Ageng Keniten maka Kerajaan Mataram menyerang , karena tidak ada persiapan maka Kerajaan Pujon Manis dapat dikalahkan dengan mudah dan akhirnya lari ke arah utara dan dihadang oleh Prajurit Kademangan di Dusun Ngrajek , lari lagi dan menyelinap di bawah pohon Bendo dan melarikan ke Kadipaten Kandangan lalu melarikan diri ke arah utara dengan darah yang berceceran karena kena pusaka prajurit Mataram sampai ke Desa Demangan dan sebelum meninggal ia berpesan kepada para pengikutnya bahwa nanti kalau meninggal supaya dikubur disebelah utara sungai Widas , akhirnya ia meninggal dunia dan dikubur di selatan sungai Widas .
Kemudian malam harinya hujan sangat lebat seketika itu seperti ada kekuatan goib ada kain selendang menghantam tanah kosong sungai widasyang ada di utara berubah di selatan makam. Kemudian prajuritnya dikutuk menjadi seekor kera yang jumlahnya 250 tidak bisa kurang dan lebih. Apabila ada yang membunuh maka orang tersebut akan ikut mati pada hari jum’at pahing. Oleh pengembara dari bojonegoro makam tersebut di rawat dan 4 tahun kemudian daerah ini di namakan desa karang manglo tapi 15 tahun kemudian karena perkembangan jaman desa ini di ubah namanya menjadi desa karang semi sampai sekarang.setiap hari jumat pahing desa ini mengadakan sedekah desa atau nyadranan pada bulan besar.
Desa ini pertama kali di pimpin oleh bapak suratin. Pada tahun 1960 desa ini mengalami banjir besar yang menewaskan 2 orang, tahun 1963 terjadi hujan debu akibat dari gunung semeru yang meletus dengan ketebalan 3 cm, pada tahun (1965,1970,1977) para petani mengalami gagal panen,pada tahun 1980 pembuatan jembatan disungai widas yang memakan korban 7 orang.
Pada zaman sebelum masehi, zaman kerajaan ada seorang raja yang sakti mandraguna meninggal diselatan sungai widas, tapi ada suatu keajaiban sehelai selendang menghantam tanah seketika itu pula kuburan raja tersebut pindah di utara sungai widas dan prajuritnya yang berjumlah 250 orang dikutuk menjadi kera semua. Raja tersebut bernama KI AGENG KENITEN Raja Pujan manis.
Di makam raja tersebut sampai sekarang diadakan sedekah bumi atau Nyadranan setiap satu sekali pada bulan Besar. Desa ini pertama kali dipimpin oleh Bapak Sumber , dengan luas wilayah 3.192.997 m2, sekarang jumlah penduduk 2.388 jiwa.
Adapun batas wilayahnya
Selatan : Desa Demangan
Timur : Desa Senjayan
Utara : Desa Sanggrahan
Barat : Desa Mojoseto
Adapun kejadian – kejadian yang pernah dialami Desa Karngsemi adalah :
Demikan sejarah Desa Karangsemi secara singkat yang di peroleh dari nara
sumber Bapak Mustari juru kunci makam Ki Ageng Keniten Yang beralamat di Desa Karangsemi .
SEJARAH MAKAM KI AGENG KENITEN
( KARANG MANGKLO / SENTANAN )
DESA KARANGSEMI KEC. GONDANG KAB. NGANJUK
Ki Ageng Keniten adalah seorang senopati perang pada jaman kerajaan Mataram yang mendapat tugas untuk mengamankan Mataram wilayah timur. Karena pada saat itu di wilayah timur Kerajaan Mataram banyak sekali perusuh yang meresahkan penduduk, seperti perampasan, perampookan, pencurian, perkosaan serta menyebarnya wabah penyakit menular.
Dalam perjalanan menjalankan tugasnya ke wilayah timur, Ki Ageng keniten sempat mengalami kebingungan maka berhentilah beliau di satu tempat untuk beristrahat sekaligus berdoa mohon ptunjuk kepada Tuhan, beliau beristrahat dan bermunajat atau berdoa di bawah pohon Manisah. Dan tempat tersebut saat ini di kenal menjadi sebuah nama desa yaitu Desa Pujon Manis. Ki Ageng Keniten terkenal sebagai seorang yang cerdik, dengan kecerdikannya tersebut beliau dalam menjalankan tugasnya sering menyamar menjadi seorang rakyat jelata dengan nama Ki Projo Sentono. Selain itu beliau juga mempunyai ilmu atau keahlian dalam menyembuhkan orang yang sakit, sehingga nama Ki Ageng Keniten terkenal sampai ke pelosok desa. Dan banyak pula para pemuda yang belajar ilmu kanuragan (bela diri) kepada beliau.
Ki Ageng Keniten dalam menjalankan tugasnya di wilayah timur Mataram memakan waktu yang brtahun-tahun, sehingga beliau tak kunjung kembali ke Mataram. Maka Raja Mataram mengirim telik sandi untuk mencari dimana keberadaan dan keadaan Ki Ageng Keniten. Telik sandi mataram yang dikirim oleh raja tersebut berhasil mengetahui keberadaan Ki Ageng Keniten dan melaporkan kepada raja mataram bahwa keadaan di wilayah timur mataram sudah aman. Berkaitan dengan lamanya Ki Ageng Keniten di wilayah timur karena beliau masih melatih ilmu kanuragan para pemuda dan beliau menyatakan kalau beliau belum bisa pulang ke Mataram karena di wilaya imur masih banyak warga yang membutuhkan tenaga dan pertolongan beliau.
Mendengar kabar dari telik sandinya, raja mataram memerintahkan kepada prajuitnya untuk mengajak Ki Ageng Keniten pulang kembali ke Mataram dengan cara baik-baik dan apabila Ki Ageng Keniten tetap tidak mau kembali secara baik-baik maka diperintahkan untuk menggunakan jalan kekerasan. Sesampainya prajurit itu di wilayah timur teryata Ki Ageng keniten tetap tidak mau kembali, akhirnya terjadilah peperangan antara prajurit mataram dengan pengikut Ki Ageng Keniten. Dalam pertempuran ini prajurit mataram mengalami kekalahan sehingga kembali ke mataram dan melaporkan kepada raja tentang berita kekalahan prajuritnya, serta kabar kalau teryata ki Ageng Keniten itu adalah seorang yang sakti mandraguna yang kebal dengan senjata tajam. Mendengar semua cerita itu maka rajapun berpikir bagiman cara mengalahahkn Ki Ageng Keniten di perlukan strategi atau siasat untuk mencari kelemahan Ki Ageng Keniten. Maka diutuslah Putri kerajaaan mataram ke wilayah timur untuk mencari kelemahan Ki Ageng Keniten. Dengan kecerdikan dan kecantikanya putri kerajaan tersebut menyamar menjadi seorang biasa yang bernama Roro Kuning yang kesehariannya sebagai pejual jamu gendong dan dia menetap di satu desa yang benama Desa Kuniran. Dengan berjalanya waktu, jamu gendong Roro Kuning semakin terkenal maka bertemulah Roro Kuning dengan Ki Ageng Keniten yang sering menyembuhkan orang sakit., sehingga terjadi interaksi antara Ki Ageng Keniten dengan Roro Kuning dalam menyembuhkan orang. Karena seringnya bertemu maka Roro Kuning berhasil mengetahui kelemahan Ki Ageng keniten dan dia pun langsung pulang ke Mataram untuk melaporkan hal ini kepada raja. Maka sang raja pun mengerahkan prajuritnya untuk menghancurkan Ki Ageng Keniten beserta pengikutnya.
Maka terjadilah pertempuran yang kedua kalinya antara prajuit mataram dan Ki ageng keniten beserta pengikutnya di daerah Desa Miren, di pertempuran ini pengikut Ki ageng Keniten mengalami kekalahan karena jumlahnya lebih sedikit dari prajurit mataram. Sehingga beliau memerintahkan pengikutnya untuk lari ke daerah utara tetapi tetap di kejaar terus oleh prajurit mataram, pengikut Ki Ageng Keniten semakin terdesak di saat itu beliau terluka terkena tombak prajurit mataram, maka banyak pengikutnya yang menangisi beliau meratapi luka yang di derita oleh beliau. Ki Ageng Keniten tetap memrintahkan pengikutnya untuk terus lari kearah utara, dalam pelarian kearah utara tersebut beliau melihat pancaran cahaya terang di utara akan tetapi para pengikut beliau tidak melihat hal itu. Maka beliau mmerintahkan para pengikutnya untuk terus menuju pancaran cahaya tersebut, maka sampailah beliau dan pengikutnya di tepi sungai disini prajurit mataram sudah tidak mengejar lagi tetapi beliau terkena anak panah dari prajurit mataram yang saat ini d kenal dengan Dusun Pancar.
Sebelum beliau meninggal, Ki Ageng Keniten bercerita kepada para pengikutnya tentang jatidiri beliau yang sebenarnya. Bahwa sebenarnya beliau adalah seorang senopati mataram yang di utus oleh raja mataram untuk mengamakan wilayah timur dari ganguan keamanan. Beliau merasa kecewa dengan cara betempur prajurit mataram yang main keroyokan, maka beliau berpesan kepada para pengikutya bahwa sebagai kesatria dalam bertempur jangan main keroyokan, karena cara itu seperti cara kera. Beliau juga berpesan kepada para pengikutnya jikalau beliau meninggal, beliau minta supaya di makamkan disebelah utara sungai karena beliau tidak mau di makamkan di tempat pertempuran keroyokan ini. Maka beliau menghembuskan nafas terakhirnya,karena hari sudah mulai malam maka para pengikut Ki geng Keniten kebingungan bagaimana cara membawa jenazah Ki ageng Keniten ke utara sungai, maka di makamkanlah jenazah beliau diselatan sungai tepatnya di dekat batu karang dan di bawah pohon yang menjulang ke sungai, karena merasa tidak bisa melaksanakan amanah Ki Ageng Keniten maka para pengikut beliau siap menjaga makam beliau siang malam di selatan sungai. Pada saat itu turunlah hujan yang sangat lebat sekali, sehingga kondisi di selatan makam berubah menjadi sungai, dan makam Ki Ageng Keniten berubah menjadi di sebelah utara sungai di dekat batu karang dan di bawah pohon yang menjorok ( mangklung ) ke sungai sehingga makam Ki Ageng Keniten disebut dengan makam Mbah Karang Mangklo. Dan pada saat itu pula di sekitar makam beliau juga muncul kawanan kera yang masih ada sampai sekarang.
Batu yang ada di sekitar makam yang seing di kerumuni kera itu disebut batu karang semedi, karena batu itu sering digunakan untuk alas sholat. Batu tesebut konon tidak mau di pindah pindah tepatnya. Konon ada seseorang dari selatan sungai yang usil dan berniat tidak baik membawa batu terebut untuk di jadika alas wudlu orang tersebut terkena musibah, ada juga yang membawanya untu alas mandi tapi orang tersebu juga terkena musibah, akhirnya tak seorangpun yang berani membawa batu itu. Tapi ironisnya saat ini tidak ada yang tahu keberadaan batu tersebut.
Dengan adanya banyak yang kejadian aneh tersebut, warga masyarakat sekitar mempercayai bahwa Ki Ageng Keniten ( Mbah Karang mangklo ) itu adalah seorang yang sakti. Wilayah tempat dimakamkannya Mbah Karangmanglo berada di area Desa Karangsemi, pada waktu itu Desa Karangemi sendiri terbagi atas 3 (tiga ) wilayah yaitu Karangmanglo ( tempat makam Ki Ageng Keniten ), Karangsemi dan Karang Kletak, dan sekarang ketiganya menjadi Desa Karangsemi. Warga masyarakat Desa Karangsemi dalam memberikan penghormatan kepada makam Ki Ageng Keniten ( Mbah Karangmanglo ) adalah degan cara membawa tumpeng sebagai ungkapan rasa syukur dan shodaqoh ke makam beliau setiap malam jumat pahing. Selain itu warisan leluhur yang masih di lakukan oleh warga masyarakat Desa Karangsemi adalah Ritual Agung yang di gelar setiaptahunsekali, tepatnya di bulan besar tahun penanggalan jawa tepatnya pada malam jumat pahing dan dilanjutkan pada hari jumat paginya yang lebih di kenal dengan acara Bersih Desa Nyadran. Acara bersih desa Nyadran ini tidak hanya di laksnanakan oleh warga Desa Karangsemi saja tetapi juga di laksanakan ole warga Desa Mojoseto, yang dihadiri juga oleh Pejabat Kabupaten, Pejabat Kecamatan, MUSPIKA, Perangkat Desa serta tokoh agama serta tokoh masyarakat Kedua Desa.
Adapun Mitos atau kepercayaan yang sampai sekarang masih dipegang oleh warga masyarakat Desa karangsemi apabila datang berziarah kubur ke makam Ki Ageng Keniten ( mbah Karangmangklo ) adalah :
Seiring dengan usia Makam Ki Ageng Keniten yang sudah beratus-ratus tahun, sehingga sudah berkali-kali mengalami pergantian Juru Kunci Makam.
Nama-nama beliau yang pernah menjaga makam Ki Ageng Keniten ( Juru Kunci ) yaitu :
Demikian kisah asal-usul Makam Ki Ageng Keniten ( Mbah Karangmangklo ) yang terletak di Desa Karangsemi Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk.